Kenapa Gagal dalam Interview Kerja

Beberapa waktu lalu secara tiba-tiba saya diminta oleh Site Manager PT. Patra Niaga untuk mendampingi staff human resources mereka dari Jakarta dalam proses wawancara kerja untuk rekrutmen pekerja baru yang rencananya akan ditempatkan di lokasi Surabaya. Tujuannya kurang lebih supaya proses interview menjadi lebih obyektif begitu. Sekedar info kalau Patra Niaga merupakan Downstream Oil & Gas Company yang berpusat di Jakarta serta merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Pertamina, korporat dimana saya berkarya saat ini.

 

Jujur, saya tidak menduga sama sekali akan kesempatan baik ini (karena saat itu jabatan saya adalah pengawas penyaluran truckloading, dimana tidak berhubungan sama sekali dengan human resources development). Sempat terpikir barangkali site manager tersebut sudah pernah membaca artikel-artikel dan buku tentang pengembangan diri yang pernah saya tulis. Setelah saya tanya ternyata bukan itu alasannya menunjuk saya. Dia bahkan tidak tahu kalau saya menulis buku. Ia meminta tolong saya hanya karena rekomendasi dari atasan saya. Wah, terlanjur berandai-andai ini (^_^).

Dalam artikel ini saya ingin sekedar berbagi opini ataupun pengalaman terkendali ketika melakukan beberapa wawancara kerja. Yah, siapa tahu ada manfaatnya. Sebab dari puluhan orang yang pernah saya interview, saya melihat ada beberapa –atau bahkan banyak- pelamar memiliki kesalahan maupun kekurangan dalam hal yang sama saat menghadapi pewawancara. Saya melihat ada pola yang berulang, dimana secara tidak disadari besar kemungkinan kesalahan tersebut telah menjadi budaya atau kesepakatan umum ketika interview dilakukan. Mau tahu kesalahan atau kekurangan tersebut? Mungkin lebih baik kalau kita langsung meluncur ke TeKaPe.

Pertama, CV (curriculum vitae) dan surat lamaran yang copy-paste

Kebanyakan seorang interviewer membolak-balik dan membaca berkas lamaran kerja ketika berhadapan langsung dengan seorang pelamar. Kalau sang interviewer jeli biasanya ia akan mendapati surat lamaran kerja & CV yang datar, lumrah dan biasa-biasa saja. Surat lamaran & CV seperti itu jamak ditemukan kalau mau browsing di internet. Pesan saya : jangan hanya membebek. Anda boleh saja cari inspirasi melihat contoh surat lamaran & CV yang mudah didapat dari internet ataupun buku-buku  jobseeker, tapi jangan co-pas begitu saja. Jujur, saya dan anda pasti lebih suka bila membaca surat lamaran kerja yang berbeda dan original. Saya pernah membaca surat lamaran kerja & CV yang unik dan ‘keluar’ dari bentuknya yang formal. Sangat berani namun bahasanya lugas dan menarik sehingga enak dibaca. Sungguh mencerminkan pribadi dan karakter pembuatnya. Kalau membaca lamaran seperti ini rasa-rasanya sang pelamar seperti sedang duduk berkomunikasi hangat dihadapan anda.

Kedua, kurang memperhatikan semangat dan bahasa tubuh (gesture).

Penampilan memang bukan nomor satu tetapi menjadi pendukung yang ikut menentukan. Karena itu selain berpakaian rapi, tidak seronok, berpakaian dengan disain yang simple  atau tidak telalu banyak pernik-pernik (ingat, anda tidak sedang mendatangi kondangan,Bung) disarankan pula agar tidak berlebihan menggunakan wangi-wangian dan perhiasan. Disamping itu, tunjukkan bahasa tubuh yang baik. Jangan pernah melipat tangan didada pada saat wawancara, karena memberi kesan bahwa anda seorang yang kaku dan introvert. Idealnya, tangan dibiarkan bebas untuk mengekspresikan kata-kata -tentu saja
dengan tidak berlebihan-. Selama wawancara berlangsung, buatlah kontak mata sesering mungkin. Kontak mata, bukan main mata. Pelamar yang sering membuat kontak mata secara tepat menunjukkan keinginan untuk dipercaya
serta kesungguhan memberikan jawaban. Berbicara dengan santai dan sesekali tersenyum
menunjukkan bahwa anda pribadi yang hangat. Umumnya, pewawancara
menyukai pelamar yang memiliki pribadi hangat dan menyenangkan (barangkali seperti penulis artikel ini…ehm…ehm..).

Kurangi kata-kata “Saya rasa…”, “Saya kira…” atau “Saya ragu…”. Lebih baik gunakan “Saya pikir…”, “Menurut pendapat/analisa saya..”, “Saya yakin…”, “Saya optimis…”. Sebab kata-kata “Saya rasa…”, “Saya kira”, atau “Saya ragu…” akan mengesankan bahwa anda lebih sering menduga ketimbang menganalisa. Lebih menggunakan perasaan daripada pemikiran. Akan tercermin anda tidak terlalu percaya diri dan tidak menguasai persoalan.

2

Ketiga, tidak menjawab dengan cerdas dan optimis

Pintar dan memiliki pengalaman kerja yang super tidak menjamin kita akan gemilang lolos proses interview dan diterima bekerja. Anda harus berusaha meyakinkan interviewer dengan memberikan jawaban yang cerdas dan optimis atas pertanyaan yang diajukan. Biasanya seorang pelamar ‘terjebak’ oleh trap questions yang sering dilontarkan oleh interviewer manapun didunia ini. Berikut saya utarakan contoh beberapa pertanyaan menjebak yang biasanya cenderung dijawab sekenanya (tidak cerdas dan optimis) oleh pelamar :

a.       Tolong ceritakan sedikit mengenai diri Anda? 

Pertanyaan model begini sekilas tampak mudah dijawab, namun demikian pada kenyataannya tidaklah semudah yang anda bayangkan. Perlu anda sadari dengan  pasti bahwa pewawancara tidaklah tertarik untuk mengetahui apakah anda lahir di kota kembang atau di kota pahlawan. Mereka yang melontarkan pertanyaan ini juga tidak penting untuk mengetahui apa yang anda lakukan di akhir pekan; atau berapa jumlah saudara kandung anda, apakah tidur anda mendengkur atau tidak; atau dari daerah mana anda berasal dan dimana domisili anda saat ini. Pewawancara berusaha mengetahui anda secara profesional. Jadi siapkan dua atau tiga poin garis besar mengenai diri anda. Point ini bisa mengenai pengalaman kerja, sasaran karir, visi-misi anda dan seberapa konsisten anda menjalaninya dengan bahagia. Siapkan summary atas jawaban anda dan berusahalah menghubungkan antara ungkapan kondisi diri serta keinginan anda sebagai bagian yang dicari oleh perusahaan tersebut. Bila memiliki jawaban yang mantap maka bisa jadi pertanyaan dan pembicaraan selanjutnya adalah tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kualifikasi dan kompetensi anda.

Teringat akan apa yang disampaikan Erina Collins -seorang agen rekruitmen kerja di Los Angeles- yang mengutarakan bahwa seringkali ada perbedaan yang mengejutkan antara ketika membaca lamaran seseorang dengan saat berhadapan dengan si pelamar. Pengalaman menunjukkan, surat lamaran yang optimis tidak selalu menunjukkan bahwa pelamarnya juga sama optimisnya”. Ketika pewawancara menanyakan hal yang sederhana seperti, “Di mata anda, siapakah anda?” atau “Ceritakan sesuatu tentang anda”, banyak pelamar menatap pewawancaranya dengan bingung dan lalu seketika menjadi tak percaya diri.

“Saya merasa biasa-biasa saja” atau “tidak banyak yang dapat saya ungkapkan tentang diri saya” seringkali menjadi jawaban yang dipilih pelamar sebagai upaya merendahkan diri. Diluar sana banyak sekali artikel karir konvensional yang menyarankan agar anda sebaiknya merendahkan diri, sebagai upaya ‘mencuri hati’ si pewawancara. Tetapi ingatlah baik-baik : ini jaman modern, Bung!. Jawaban yang terlalu merendah dan banyak basi-basi hanya menunjukkan bahwa anda sebenarnya tidak yakin dengan diri anda sendiri. Nah, kalau anda sendiri tidak yakin maka perusahaanpun juga tidak yakin harus menerima anda. Perusahaan-perusahaan masa kini tidak butuh karyawan seperti itu.

Barangkali kita juga perlu menyimak pengalaman pribadi Eliana Burthon –seorang staf humas sebuah hotel berbintang di New York. Ketika pewawancara memberinya satu menit untuk bercerita tentang dirinya, Eliana mengatakan, “Saya Eliana Burthon, anak pertama dari lima bersaudara. Sejak SMA, saya aktif di koran sekolah. Disitu saya menulis, mewawancarai orang-orang di sekitar saya dan berhubungan dengan mereka. Dari situ saya sadar alangkah menariknya dapat bertemu dengan orang banyak, berdiskusi dan mengetahui banyak hal dari mereka. Di luar itu, saya senang musik, membaca dan berwisata. Ketika kuliah, saya sering menulis pengalaman jalan-jalan saya, atau sekedar memberi referensi kaset yang sedang laris untuk koran kampus saya”.

Meski tidak memberikan jawaban yang berbunga-bunga, apa yang diungkapkan Eliana tentang dirinya menunjukkan bahwa dirinya terbuka, ramah dan punya curiosity yang tinggi. Jawaban itu cerdas dan efektif untuk menggambarkan bagaimana ia menyatakan secara implisit bahwa dirinya merasa layak ditempatkan di posisi yang diincarnya. Pewawancara butuh jawaban seperti itu. Cukup singkat, tapi menunjukkan optimisme yang kental dan natural. Singkatnya, kalau anda mendapat panggilan untuk wawancara, maka persiapkanlah diri dengan baik. Kepercayaan diri yang tinggi dan menunjukkan bahwa anda menjadi diri sendiri adalah hal yang angat penting. Pewawancara tidak butuh jawaban yang berbunga-bunga, berapi-api apalagi terkesan munafik.

Pada kesempatan pertama, pewawancara biasanya ingin melihat bagaimana si pelamar menghargai diri sendiri. Karena itu, siapkanlah beberapa hal deskripsi tentang kemahiran atau kompetensi anda, hal-hal yang anda sukai dan inginkan untuk masa depan. Setelah mendapatkan hal-hal yang menarik untuk dikemukakan, berlatihlah mengemukakan semua itu dalam sebuah jawaban singkat yang cerdas dan optimis.

b.      Yakinkan kami, mengapa perusahaan ini harus menerima anda?

Sebenarnya pertanyaan ini adalah pancingan untuk menentukan seberapa besar ‘nilai jual’ anda. Ini seharusnya merupakan peluang untuk ‘menjual’ diri anda. Uraikan dengan singkat dan jelas kelebihan yang anda miliki, kualifikasi, kompetensi dan apa yang dapat anda berikan bagi perusahaan tersebut. Berilah jawaban yang berbeda. Jangan anda berikan jawaban yang klise dan terlalu umum. Sebab biasanya hampir setiap orang mengatakan bahwa mereka merupakan seorang pekerja keras, cepat beradaptasi, memiliki motivasi tinggi dan mampu bekerja dengan baik dalam tim. Berikanlah jawaban yang memperlihatkan keunikan yang anda miliki. Setiap orang adalah pribadi yang unik. Sepanjang keunikan itu merupakan hal yang positif dan menarik maka tidak ada salahnya untuk disampaikan.

c.       Mengapa anda tertarik bekerja di perusahaan ini?

Ini merupakan salah satu alat bagi pewawancara untuk mengetahui apakah anda mempersiapkan diri anda dengan baik. Saya sarankan agar jangan pernah datang untuk sebuah wawancara pekerjaan tanpa mengetahui latar belakang perusahaan tersebut. Dengan memiliki informasi yang cukup mengenai latar belakang perusahaan tersebut maka pertanyaan di atas memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperlihatkan inisiatif dan menunjukkan apakah pengalaman serta kualifikasi yang anda miliki sepadan dengan posisi yang diperlukan.

d.      Apa kelemahan utama anda?

Kalau dalam sebuah interview anda diminta mengatakan kelemahan utama yang melekat dalam diri anda maka jawablah dengan jujur dan berimbang. Artinya menjawabkah dengan taktis dan jelaskan metode atau cara anda mengubah kelemahan tersebut hingga akhirnya menjadi sebuah kelebihan. Misalnya, bila anda memiliki masalah dengan perusahaan terdahulu, perlihatkan langkah yang anda ambil. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda memiliki kemampuan dalam mengenali aspek yang perlu diperbaiki dan inisiatif dalam memperbaiki diri anda. Jawaban “saya sering telat dan lupa waktu” tentunya bukan merupakan jawaban yang cerdas. Anda bisa menggantinya dengan statement yang lebih taktis,
misalnya “Saya sadar kalau terkadang saya memang pelupa, tetapi beberapa waktu ini sudah
membaik karena saya selalu mencatat segalanya di buku agenda”. Jawaban ini lumayan berimbang, meski begitu anda tidak perlu meneruskan kalimat berikutnya bahwa celakanya justru anda juga sering lupa dimana meletakkan buku agenda tersebut. (^_^). Adapun, contoh lainnya : “saya sering kesal kalau kerja dengan rekan yang lamban, tetapi sebisanya saya diskusikan dan kompromikan bagaimana caranya menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan lebih cepat”.

e.      Mengapa berhenti dari perusahaan terdahulu? 

Kalau anda bukan fresh graduate dan pernah bekerja di perusahaan lain biasanya hal ini akan ditanyakan. Walaupun pada kenyataannya anda berhenti dari pekerjaan terdahulu dengan cara yang tidak baik, usahakan anda berhati-hati dalam memberikan jawaban. Berikanlah jawaban yang diplomatis namun tetap menjunjung kejujuran. Bila ternyata emosional tiba-tiba mencuat dan anda kelepasan memberikan jawaban yang mengandung aspek negatif, maka segera kompensasikan jawaban tadi dengan jawaban yang positif. Camkanlah bahwa keluhan dan sentimen negatif anda terhadap pekerjaan terdahulu tidak memberi poin apapun bagi anda.

Jangan mengatakan : ”Saya tidak suka atasan saya. Seringkali ia membuat saya jengkel dengan pekerjaan-pekerjaan tambahan dan itupun tidak membuat gaji saya naik”. Jawaban seperti ini membuat pewawancara berpikir bahwa apa yang akan ia katakan jika suatu saat keluar dari perusahaan pewawancara tentulah tak beda buruknya dengan apa yang ia ungkapkan pada  pewawancara tentang perusahaan lamanya. Kelihatannya yang penting dalam menjawab pertanyaan  ini adalah taktis. Jangan pernah memberi jawaban yang menjelekkan tempat kerja anda yang lama atau apapun yang konotasinya negatif. Lebih baik kalau anda menjawab “saya menginginkan suasana kerja yang teratur dan terjadwal.

f.     Bagaimana Anda mengatasi masalah?

Tidak mudah memberikan jawaban bila Anda mendapatkan pertanyaan seperti di atas, terutama bila Anda baru lulus dan tidak memiliki pengalaman kerja. Pewawancara ingin melihat apakah Anda dapat berpikir kritis dan mengembangkan solusi tanpa melihat jenis permasalahan yang dihadapi, bahkan walaupun anda tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Gambarkan langkah-langkah yang Anda lakukan dalam memprioritaskan pekerjaan. Koordinasi dan kerjasama tim sebaiknya menjadi salah satu jawaban anda. Disamping itu perlihatkan bahwa anda bertanggungjawab dan tetap dapat berpikir jernih walaupun sedang menghadapi masalah.

g.    Prestasi apa yang pernah anda raih dan paling anda banggakan?

Walaupun Anda pernah menjuarai lomba makan krupuk atau lomba dayung tingkat internasional ketika dulu duduk dibangku kuliah, tetapi ini bukan merupakan sebuah jawaban yang diharapkan. Rahasia dari pertanyaan di atas adalah dengan menyeleksi dan memilih secara spesifik prestasi yang berhubungan dengan posisi kerja yang sedang ditawarkan. Berikan jawaban yang lebih profesional dan lebih relevan. Pikirkan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut dan kembangkan contoh yang memperlihatkan bagaimana anda dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

h.    Berapa gaji yang Anda harapkan?

Pertanyaan ini bisa jadi merupakan pertanyaan yang tersulit terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman kerja yang cukup. Guna mengantisipasi yang perlu dilakukan sebelum wawancara adalah mencari tahu pasaran gaji/upah untuk posisi yang ditawarkan. Beritahu pewawancara bahwa anda terbuka untuk membicarakan mengenai kompensasi bila saatnya tiba. Bila anda didesak terus-menerus atau sudah kepepet maka berikan jawaban yang berupa kisaran angka, bukan angka tertentu.

Tambahkan pernyataan kalau menyangkut permasalahan gaji, sebenarnya di tempat kerja yang lama anda tidak ada masalah, tetapi tentunya anda pasti senang kalau ada peluang untuk peningkatan gaji”. Ya, siapa sih yang tidak senang kalau gajinya dinaikkan. Bagi seorang karyawan permasalahan gaji adalah hal yang sensitif. Ada joke khusus kalau wajah seorang karyawan itu kondisinya menyesuaikan dengan kalender bulanan. Kalau tanggal muda wajahnya sumringah dan cenderung ramah. Kalau tanggal tua sebaliknya. (^_^). Intinya, pertanyaan tentang gaji ini sebisa mungkin dijawab dengan baik tanpa menimbulkan kesan bahwa anda seorang pencari gaji tinggi atau bahkan justru memberi pandangan bahwa berapapun  imbalan yang diberikan anda pasti mau.

Pada umumnya perusahaan sudah mempunyai rentang standar gaji untuk  jabatan-jabatan yang ditawarkan. Bagi pelamar untuk posisi yang lebih tinggi dan langka biasanya memiliki kekuatan bargain yang lebih tinggi. Dalam menjawab pertanyaan tersebut anda harus memperoleh gambaran terlibih dahulu imbalan total yang akan anda terima dalam setahun. Imbalan total adalah gaji dan tunjangan lain yang diberikan termasuk insentif dan bonus. Selain itu perlu ditanyakan apakah imbalan yang ditawarkan itu termasuk PPH atau netto.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut jawablah imbalan yang anda harapkan setahun. Berdasarkan harga pasar yang sesuai untuk jabatan tersebut serta nilai tambah yang anda miliki. Jawablah dengan diplomatis: “Saya berpendapat perusahaan ini pasti sudah mempunyai standar imbalan bagi jabatan ini”. Negosiasi mengenai gaji pada saat ini tidak lagi dipandang tabu oleh sebagian besar perusahaan, namun anda diharapkan mengumpulkan informasi terlebih dahulu agar dapat bernegosiasi dengan baik.

Jangan menjawab ”terserah Bapak atau terserah ketentuan perusahaan ini”. Karena jawaban ini tidak mencerminkan berapa ’nilai jual’ anda dihadapan pewawancara. Kalau anda tidak bisa meyakinkan pada mereka berapa nilai jual anda maka asumsi kuat yang akan muncul adalah : anda tidak memiliki suatu apapun yang layak untuk dijual. Saya pribadi selalu berusaha untuk menghindari kata atau jawaban ”terserah”. Karena kata ini bisa menjelma menjadi racun atau minimal akan menempel pada derajat keakuan diri bahwa anda adalah orang penurut yang pasrah akan keadaan lingkungan atau keputusan orang lain. Sebisa mungkin janganlah kita pasrah atau membiarkan lingkungan memperlakukan kita terserah kehendak hatinya. Sepanjang bisa mengambil sikap dan memutuskan sesuatu maka putuskanlah. Karena keputusan itu mencerminkan siapa diri anda dan seberapa besar nilai yang anda usung. Jadi kalau suatu ketika anda bertamu ke rumah orang dan sang empunya rumah menawarkan dengan ramah : ”Mau minum apa Mas/Mbak?”, maka segeralah menjawab, ”Saya mau es cendol atau es kelapa muda”. Jawaban ini sangat tegas tapi juga sungguh keterlaluan. Keterlaluankemaruk dan merepotkan. Ya, apapun jawaban anda yang penting jangan sampai melontarkan kata ’terserah’.

3

Selain beberapa pertanyaan diatas biasanya kalau waktunya mencukupi pewawancara berupaya mengorek sedalam mungkin tentang kepribadian pelamar. Kadang pertanyaan sederhana seperti “apakah anda sudah punya pacar? Apakah anda berniat menikah dalam waktu dekat?”, seringkali ditanggapi buru-buru oleh si pelamar dengan menjawab misalnya “Sudah, rencananya kami akan menikah akhir tahun ini”. Jawaban seperti ini sebenarnya dapat menjadi penutup peluang diterimanya anda.  Dalam semua keadaan perusahaan selalu ingin diyakinkan bahwa calon karyawannya hanya akan fokus pada pekerjaan, terutama pada awal masa kerja. Jawaban bahwa anda akan menikah dalam waktu dekat justru menunjukkan bahwa perusahaan bukanlah fokus anda yang sebenarnya, tetapi hanya
seperti selingan belaka. Tanpa harus berdusta anda bisa menjawab halus bahwa alhamdulilah anda sudah ‘laku’ dan sudah menemukan kecocokan hubungan, hanya saja anda tekankan kalau sebenarnya anda ingin memiliki pengalaman kerja yang cukup sebelum memutuskan untuk menikah.”

Keempat, jawaban yang tidak kreatif atau meniru persis dengan jawaban-jawaban diatas. (^_^)

Kelima, abai terhadap faktor ‘X’.

Mungkin kedengarannya agak aneh atau tidak berhubungan sama sekali. Namun demikian diakui atau tidak ada beberapa faktor yang boleh jadi secara tidak langsung akan mendukung atau minimal memberi energi kebaikan atau paling tidak akan meningkatkan aura positif diwajah anda. Saya menyebut ini faktor ‘X’. Lakukan kebaikan dan hindari berbuat buruk atau barangkali sedikitkan maksiat ketika anda hendak melakukan wawancara kerja. Sholat shubuh berjamaah di masjid, sungkem pada kedua orang tua (kalau masih ada), sholat dhuha, sedekah/beramal jariyah dan silaturahim ke saudara jauh merupakan contoh umum dari banyaknya faktor ini. Anda boleh saja percaya atau tidak dan menganggap remeh hal ini. Yang jelas kalau anda sukses dalam interview dan kemudian diterima bekerja maka hal itu bukan karena peran anda sendiri. Ada hal-hal lain yang turut campur. Dalam bahasa lainnya : Mestakung (semesta mendukung). Kalau anda gagal dan tidak diterima maka jangan berkecil hati. Barangkali perusahaan itu tidak menerima anda bukan karena anda tidak mampu. Tapi karena ada tempat mengais rejeki lainnya yang jauh lebih baik dan sudah ditentukan oleh yang ‘diatas’.

Wallahu’alam bishawab.

Note : Berikut tambahan beberapa petuah dari berbagai sumber dalam menghadapi interview.

Sukses dan tetap istiqomah. Semoga manfaat.

1. Jangan Datang Terlambat.
Anda akan memberikan kesan terbaik apabila Anda datang tepat waktu saat tes wawancara. Jika Anda belum tahu tempat Anda melakukan tes itu, maka tidak ada salahnya mencari tahu tempat yang Anda tuju sehari sebelumnya. Selain itu, apabila Anda telalu cepat datang, Anda cek kembali penampilan dan memperkirtakan pertanyaan yang akan diberikan.

2. Jangan Gugup.
Anda bisa mengenal orang lain melalui bersalaman. Apabila Anda bersalaman dengan lemas dan tidak bertenaga, hal itu menunjukan Anda gugup dan kurang percaya diri. Sebaliknya, bersalaman dengan pegangan yang kuat menggambarkan bahwa Anda sangat agresif. Jadi cobalah bersalaman dengan santai dan biasa.
3. Jangan Duduk Membungkuk.
Sikap duduk seperti itu akan membuat Anda terlihat malas. Menurut artikel dari Body Language for Dummies, sikap duduk membungkuk juga menunjukkan bahwa Anda kurang percaya diri dan tidak tertarik dengan pekerjaan itu. Sikap duduk Anda akan mempengaruhi tes wawancara. Lebih baik Anda duduk dengan tegap dan lurus selama tes berlangsung.

4. Jangan Berikan Tatapan Kosong.
Beberapa budaya mengatakan, berbincang-bincang tanpa melihat tatapan lawan bicara merupakan perilaku yang kurang sopan. Kadang-kadang Anda akan menatap dengan kosong atau tidak melihat wajah pewawancara ketika merasa gugup atau tidak nyaman. Ada baiknya Anda menatap bagian lain dari pewawancara, seperti jidat atau bibirnya.

5. Jangan Datang Tes Wawancara tanpa Persiapan Apa pun.
Ketika Anda akan menghadapi tes wawancara, ada baiknya Anda mengetahui profil perusahaan yang Anda tuju atau pekerjaan yang akan Anda geluti.

6. Jangan Lupakan Sopan Santun Anda.
Sopan santun merupakan hal yang paling penting. Jangan lupa berikan senyuman kecil ketika Anda pertama kali bertemu dengan pewawancara Anda. Terakhir jangan lupa mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan itu.

 

Sumber : http://muhsinbudiono.com/2011/04/02/kenapa-gagal-dalam-interview-kerja/

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.