cara memahami karakter orang dan diri sendiri ?

Cara-Memahami-Karakter-Orang-Lain

Masalah pemahaman sulit untuk dijabarkan secara luas. Karena ruang lingkup dari hal ini sangatlah luas. Mengerti dan paham akan sesuatu sangat sulit untuk diterapkan apabila seseorang tersebut tidak memiliki dasar pengetahuan tentang hal itu. Dasar dari kepribadian yang baik adalah belajar memahami diri sendiri sebelum pandai menilai dan mengkritik orang lain. Mudah untuk menilai orang lain, tapi belum tentu kita bisa menilai dan melihat apa yang sudah dan belum kita miliki.

Untuk mengetahui aspek non-fisik, seperti tingkat kecerdasan seseorang, maka para ahli telah mencoba untuk membuat alat ukur. Meskipun tidak persis, alat ukur yang telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sementara itu, untuk mengukur luasnya pengetahuan seseorang, telah mengembangkan berbagai macam tes, dalam bentuk pertanyaan atau pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh mereka yang sedang diuji. Atas dasar jawaban-jawaban, kemudian ditentukan luasnya pengetahuannya.
Hal ini juga telah merumuskan alat untuk mengukur sikap, bakat, dan perilaku. Meskipun tidak selalu persis dengan kesimpulan yang diperoleh, tetapi hasilnya dapat digunakan untuk memahami, pada tingkat tertentu, diri atau satu masalah pribadi. Bidang ini biasanya ditempati oleh orang-orang psikologi. Berdasarkan pengetahuan esensial, mereka melakukan pekerjaan yang profesional di bidang tersebut.
Apa yang harus dilakukan, baik oleh para guru ketika membuat atau soal-soal ujian juga psikolog dalam membuat instrumen pengukuran, digunakan untuk mengetahui kemampuan jiwa atau perilaku orang lain. Istrumen dihasilkan tidak mengenal dirinya sendiri. Siapapun, tidak akan mampu memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu jika Anda ingin tahu, maka selalu memerlukan bantuan orang lain.
Orang-orang melalui kegiatan penelitian yang didukung oleh alat-alat laboratorium modern telah berhasil mengungkap rahasia alam. Apa yang dahulu tidak pernah membayangkan, adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, rahasia sukses dapat diketahui oleh manusia. Namun, ternyata pengetahuan manusia, apalagi tentang dirinya, tidak secepat itu dicapai saat pemahaman tentang alam.
Kegagalan manusia untuk memahami dirinya selalu menjadi sumber kegagalan dalam mengembangkan aspek-aspek yang lebih luas kehidupan. Seseorang yang merasa besar, mampu, terkenal, yang tidak menyadari posisi yang sebenarnya, akhirnya mengalami kesalahan dalam penilaian. Orang bilang langit masih ada di langit. Bahkan dalam kitab suci Alquran mengatakan bahwa langit tertutup tujuh. Artinya, harus selalu menyadari bahwa masih ada orang lain yang besar pada dirinya.
Hanya untuk mencari tahu tentang diri sendiri, tidak mudah bagi siapapun. Untuk mengetahui seseorang selalu membutuhkan bantuan orang lain. Tetapi yang lain tidak mudah untuk mengatakan. Sering kali orang tersinggung, atau bahkan sakit hati, dan marah ketika ditunjukkan kesalahan dan kekurangan. Manusia pada umumnya, agak meruncing, dan lebih dari kebaikan-Nya, dan sebaliknya, tidak seperti ketika orang lain menyebut kekurangan dan kelemahan.
Qur’an dan hadits nabi memberikan banyak informasi tentang siapa orang ini. Jika kita membaca surat al Baqoroh misalnya, Allah SWT., Sejak awal surat yang menjelaskan tentang karakter, sifat dan perilaku manusia. Setidaknya ada tiga kategori orang, baik dalam posisi yang jelas, bahwa orang yang disebut orang-orang dan orang-orang Muttaqien kafirien. Tapi ada satu kelompok lain yang tidak jelas, yaitu munafiqien, yaitu orang yang selalu menampakkan diri dalam posisi tidak jelas.
Setelah membaca surat al Baqoroh berulang-ulang, dan kemudian merenung merenungkan lagi dan kemudian melihat realitas yang berbeda dalam hidup ini, bukan manusia mudah dimengerti. Maka layak jika huruf awal itu, kita diberitahu bahwa malaikat melakukan semacam protes, ketika Allah swt., Apakah menciptakan diebut manusia.
Karena keterbatasannya, manusia selalu punya satu dan melupakan alam. Mereka mengejar kemajuan, kemunduran terbukti diperoleh. Banyak orang mengejar kekayaan dan kekuasaan, tetapi kekayaan dan kekayaan yang diperoleh hanya menghukum dia. Seseorang dianggap teman, itu benar-benar bertindak sebagai musuh. Petugas untuk memerangi korupsi, akan melakukan penyimpangan yang lebih besar. Hal-hal seperti selalu terjadi dalam kehidupan, karena manusia sering terlihat di wajah yang tidak benar.
Akibatnya banyak orang yang salah, ketika orang lain melihat hidup dan bahkan bangsa. Maju ke orang lain dan bangsa hanya dilihat dan diukur melalui tindakan sederhana, seperti dari jumlah kekayaan yang didapat, kekuatan militer, dan teknologi. Meskipun belum tentu kekuatan itu memberikan manfataan, paling tidak untuk dirinya sendiri.
Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad., Memiliki ukuran sendiri dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang dan bahkan keberhasilan suatu bangsa. Ukuran itu adalah ketaqwaannya iman, amal moralitas, saleh dan atau. Patokan ini jauh lebih berharga, bukan hanya sekedar menguasai yang hanya hal fisik, tetapi sesuatu yang benar-benar menghemat dan manusia bahagia dan bahkan makhluk dan alam semesta.
Berdasarkan ukuran keberhasilan hidup yang saya tangkap dari buku panduan kudus, maka sering saya berpikir, bahwa mungkin memang bangsa kita telah mencapai tingkat kemajuan yang sebenarnya. Hanya saja, kami mengakui kemajuan yang tidak seluruhnya, atau dalam bahasa Islam kurang kita syukuri, karena memang bersyukur dan mengenal diri sendiri sulit untuk tidak bermain
Mungkin Artikel Tentang Belajar Memahami Diri Sendiri dan anda bisa menemukan artikel Belajar Memahami Diri Sendiri ini dengan url http://pegasuscinta.blogspot.com/2012/05/belajar-memahami-diri-sendiri.html, anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Belajar Memahami Diri Sendiri ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Belajar Memahami Diri Sendiri sumbernya.

CARA MEMAHAMI KARAKTER SESEORANG

 Tiap saat kita berhadapan dengan bermacam-macam situasi. Terutama ketika berhubungan dengan orang lain.
Sebagai pemimpin atau manajer, mengertikah kita bagaimana cara `membakar’ motivasi para pegawai kita? Sebagai ibu, kita sering dibikin bingung oleh keras kepala anak-anak kita. Tak jarang pula, sebagai suami kita terus-terusan bertengkar dengan istri yang padahal juga kita sayangi dan cintai?
Adakah `zat kimia’ tertentu atau pola tertentu yang mempengaruhi sifat, sikap dan reaksi kita dalam menghadapi berbagai situasi… sehingga kita bisa lebih berdamai dan mengerti mengapa semua reaksi itu terjadi? Bukankah akan lebih nikmat hidup ini kalau kita satu sama lain saling memahami?
Florence Litteur, penulis buku laris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola dasar perilaku manusia. Kalau saja semua sudah kita pahami, kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang lain. Kita akan jadi lebih mengerti mengapa suami tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa pegawai gampang sekali berjanji… dan hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, “Oh ya, saya lupa”katanya sambil tertawa santai.
Kita juga akan lebih gampang dalam melakukan negosiasi, lobbi, wawancara, mengatasi konflik, menghandle klien, menangani keluhan,dan macam ragam persoalan hubungan antar manusia lainnya.
Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi orang lain. Hidupnya penuh bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa menangis tersedu-sedu.
Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak teratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, bisa jadi ia sanguinis.
Kemungkinan besar ia pun kurang mampu disiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Tapi kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakan dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan dia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.
Beda lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam.
Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orangmelankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.
Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris sulit punya teman sejati. Orang-orang akan berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya perasaan, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”.
Karena itu mereka sangat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya! pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.
Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Kadang, sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Mencoba Mengerti Orang Lain
Nah, sekarang anda masuk golongan mana? Coba amati istri, suami, rekan, staf, atau manajer anda, mereka golongan apa? Jangan-jangan anda sekarang mulai mengerti mengapa suami-istri-anak-rekan-manajer anda bertingkah laku “seperti itu” selama ini. Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan kejadian selama ini.
Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah `kadar’nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia.
Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan sekali dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).
Ada pula golongan Koleris Melankolik. Bicaranya dingin, kalem, baku, suka mengatur, tak mau kalah dan terasa kadang menyakitkan (walaupun sebetulnya ia tak bermaksud begitu). Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga kadang serasa diintrogasi, sebab memang ia ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Menghadapi orang koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang `begitu’ dan tingkatkan kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.
Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolik. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan’ pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.
Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna.
Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang sanguinis. Lalu jangan posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan. Hasilnya pasti akan amat mengecewakan.
Begitulah, manusia memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa orang sanguinis, dunia ini akan terasa sepi. Tanpa orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.
Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill). Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain, ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukan segera. Ia jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau `membakar’ sang phlegmatis agar segera bertindak saat itu juga.
”Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”. Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)!
category artikel psikologi.
Sumber :http://caramemahamikarakterorang.blogspot.co.id/

One thought on “cara memahami karakter orang dan diri sendiri ?

Leave a Reply

Your email address will not be published.